Wednesday, August 5, 2015

KRITIK ITU MEMBANGUN?

KRITIK ITU MEMBANGUN?

Saya dulu sering mengkritik orang lain, dengan asumsi bahwa saya sendiri merasa benar dan orang yang saya kritik salah.
Mengapa dulu saya sering mengkritik orang lain? Karena saya percaya dan banyak orang percaya bahwa kritik itu membangun.
Itulah mengapa sering kita mendengar orang berkata tidak apa asalkan kritik membangun.
Setelah usia semakin bertambah, dan saya mulai tertarik untuk belajar tentang buku-buku kebijaksanaan, saya terbelalak bahwa sebagian besar buku2 Kebijaksanaan mengatakan bahwa sesungguhnya TIDAK ADA KRITIK YANG MEMBANGUN, semua kritik itu bersifat menghancurkan, merusak dan menekan perasaan orang yang dikritiknya.
Sampai suatu ketika saya membaca buku hasil eksperimen Masaru Emoto dari Jepang, yang melakukan uji coba nasi/beras yang kemudian diletakkan di dalam toples yang berbeda.
Toples yang pertama setiap hari di berikan kritikan terus dan di tempel kertas bertulisan kata yang mengkritik, kemudian toples yang kedua diberi pujian dan motivasi setiap hari.
Dan hasilnya dalam 2-3 minggu, toples pertama yang diberikan kritikan setiap hari membusuk kehitaman sedangkan toples kedua dengan isi yang sama masih berwarna putih bersih tak membusuk.
Penasaran pada penjelasan di buku ini, akhirnya saya meminta para guru di sekolah kami untuk melakukan eksperimen ini bersama para murid di sekolah. Ternyata benar hasilnya lebih kurang serupa.
Toples yang setiap hari diberikan kritikan oleh murid-murid, lebih cepat rusak, hitam dan membusuk. Dan di sekolah kami mengajarkan para siswa melalui eksperimen ini agar tidak mengejek, menghujat atau mengkritik sesama teman, dan melatih mereka untuk bicara baik-baik yang tidak mengkritik.
Dan sejak itulah saya belajar untuk tidak mengkritik orang lain, terutama anak dan istri saya.
Percaya atau tidak hasilnya di luar dugaan, Istri saya jadi jauh lebih perhatian dan wajahnya lebih berbinar dan anak-anak saya jauh lebih baik, ganteng, kooperatif dan sayang pada ayahnya.
Apa yang saya ubah dari diri saya sehingga anak dan istri saya berubah?
Saya ganti kalimat yang mengkritik istri dan anak saya dengan ucapan terimakasih padanya setiap kali mereka berbuat kebaikan.
Saya berterimakasih pada istri dan anak saya dan memujinya dan sering kali sambil memeluknya, saat mereka berhasil berhenti dari kebiasaan yang kurang baik.
Yuk kita renungkan, malah kalau perlu kita coba melakukan eksperimen yang sama bersama anak-anak di rumah atau murid-murid kita di sekolah.
So... masihkah kita percaya bahwa kritik itu membangun?
Masihkah kita percaya ada kritik itu membangun?
Masihkah kita mau mengkritik orang lain, terutama suami, istri dan anak-anak kita ???
Tentu saja pilihan itu terserah pada diri kita masing-masing karena hidup ini adalah pilihan bebas berikut konsekuensinya masing-masing.
Tapi coba rasakan dan ingat-ingat lagi apakah dengan sering mengkritik orang lain akan membuat orang yang kita kritik menjadi lebih baik, atau malah sebaliknya balik mengkritik kita?
Coba lihat apa yang Anda rasakan di hati kita pada saat kita sedang dikritik oleh orang lain? Nah perasaan yang sama itulah yang juga akan dirasakan oleh orang lain yang kita kritik.
Semoga tulisan ini bermanfaat. Aamiin ya Rabbal’aalamiin

No comments:

Post a Comment